Rabu, 24 Juni 2020

Minuman tradisional Khas Maluku: Sopi

 MINUMAN TRADISIONAL KHAS MALUKU: SOPI
Oleh: Benjamin Jermias
Email: richardjermias046@gmail.com


    Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat dikelola menjadi makanan dan minuman yang secara khas berada di berbagai wilayah. Minuman Cap Tikus di Provinsi Sulawesi Utara, Moke di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sopi di Provinsi Maluku merupakan minuman yang telah diolah dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Sopi adalah minuman khas Maluku yang telah diwariskan leluhur turun temurun dari generasi ke generasi. Pada zaman para leluhur, Sopi dikonsumsi secara khusus pada upacara adat yang digelar. Kata Sopi berasal dari bahasa Belanda, Zoopje yang artinya alkohol cair. Sopi dapat dihasilkan dari fermentasi tiga pohon yang berbeda seperti Enau (Arenga pinnata), pohon Siwalan (Borassus akeassii) atau yang biasa di sebut oleh masyarakat setempat ialah pohon koli dan juga pohon kelapa (Cocos nucifera) yang telah mengalami destilasi. 

   Sopi dalam tradisi masyarakat Maluku adalah lambang kebersamaan yang mengikat. Sopi seringkali digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi dalam satu keluarga, marga atau soa bahkan masalah yang terjadi antar desa. Tradisi menggunakan Sopi sebagai bagian dari acara-acara adat memiliki makna tersendiri dan bentuknya juga berbeda. Tulisan ini secara khusus akan mengangkat Sopi dalam tradisi masyarakat di Kabupaten Maluku Barat Daya. Sopi dalam tradisi masyarakat di Bumi Kalwedo (Maluku Barat Daya) dapat dilihat dari tiga segi, yaitu: (1) Sopi sebagai akta prosesi adat; (2) Sopi sebagai sumber ekonomi masyarakat; (3) Sopi sebagai perekat hubungan persaudaraan. 

Gambar 1. Prosesi siram sopi dalam acara adat 
                           Sumber: Google


1. Sopi Sebagai Akta Prosesi Adat. 

       Dalam prosesi adat Sopi memiliki peran penting sebagai pelengkap adat yang biasa digunakan dalam proses perkawinan adat, sumpah adat dan penyelesaian masalah. Sopi seringkali digunakan dalam perayaan yang digelar oleh masyarakat, seperti perayaan hari ulang tahun. Selain itu, Sopi juga sering digunakan untuk menyambut tamu yang baru saja berkunjung ke daerah yang ada di Kabupaten Maluku Barat Daya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk keramahtamahan sekaligus penerimaan terhadap tamu. Sopi menjadi simbol keakraban antara tuan rumah dan tamu yang datang. Melalui akta Siram Sopi tersebut, maka tamu dianggap sebagai saudara dan diterima untuk hidup bersama dengan masyarakat setempat.

                  Gambar 2. Pedagang Sopi 

             Gambar 3. Sopi dalam kemasan
                         Sumber: Google 

2. Sopi Sebagai Sumber Ekonomi Masyarakat.

       Masyarakat Maluku Barat Daya adalah sebagian kecil dari masyarakat di Maluku yang menjadikan sopi untuk menambah penghasilan ekonomi rumah tangga. Bagi masyarakat MBD, Sopi hadir bukan hanya sebagai akta prosesi adat, namun kehadiran Sopi untuk membantu masyarakat dalam memenuhi akan kebutuhan sehari-hari. Hampir sebagian masyarakat MBD menjadikan Sopi sebagai sumber utama ekonomi keluarga dan karena itu banyak dari mereka bekerja sebagai petani (tipar Sopi). Hal ini turut didukung dengan kondisi alam yang ada serta komoditi yang tumbuh diatas tanah mereka. Pilihan untuk tipar Sopi dilakukan, karena dari segi ekonomi nilai jual Sopi lebih menguntungkan daripada membuat gula merah. 

    Ini bukan hanya tuntutan ekonomi semata, tetapi karena masyarakat telah menyatu dengan alam yang telah membentuk karakter mereka sebagai petani tipar Sopi. Dari hasil jualan Sopi, masyarakat bisa terbantu menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi. Selain pada jenjang universitas ada banyak anak-anak yang berasal dari MBD yang juga telah menjadi anggota TNI/POLRI berkat hasil penjualan Sopi, sehingga kehadiran Sopi sangatlah penting bagi masyarakat MBD. 

Gambar 4. Prosesi Siram Sopi Dalam Hajatan Mata Rumah
                           Sumber: Google

3. Sopi Sebagai Pengerat Hubungan 

    Dalam kehidupan sosial Sopi sebagai media untuk mempererat hubungan kekeluargaan maupun relasi dengan orang lain. Masyarakat di Maluku Barat Daya menjadikan Sopi sebagai sarana perekat relasi sosial lintas etnis dan agama. Semua perbedaan akan menyatu ketika Sopi disiram dan diminum. Rasa memiliki sebagai saudara terikat dan semua orang telah menjadi saudara. Ini adalah bentuk solidaritas yang telah terwariskan sejak leluhur di kabupaten bertajuk Bumi Kalwedo itu. Kehadiran sopi zaman Modern walaupun hanya diminum sebagai selingan dalam acara maupun kumpul-kumpul keluarga dan sahabat, namun pemaknaannya sangat mendalam yaitu sebagai pengerat hubungan pergaulan sosial dan untuk menjaga hubungan kekeluargaan yang telah dibangun. Karena minuman tradisional yang satu ini jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan mabuk yang berat.    
 
     Sopi yang beredar di masyarakat saat ini mengandung alkohol sekitar 68-70% dan masuk dalam minuman keras golongan C. Sempat ada beberapa rencana pemerintah daerah untuk melegalkan minuman ini agar dapat dikontrol kandungan alkoholnya namun sampai saat ini belum juga terealisasi. Walaupun terus disita oleh pihak berwajib, namun Sopi masih terus dikonsumsi dan digemari masyarakat. Hal ini dikarenakan konsumsi Sopi telah menjadi budaya pada umumnya, bahan baku Sopi yang mudah didapat di hutan-hutan di Maluku Barat Daya dan secara umum di Maluku menjadikan minuman tradisional ini mudah diproduksi secara rumahan, sehingga, meskipun Sopi sampai saat ini masih dipandang ilegal, oleh pemerintah tapi keberadaannya masih dibutuhkan segelintir masyarakat yang bergantung pada hasil produksi minuman tradisional ini. 
     Sopi juga telah beberapa kali mendapat tinjauan dari tokoh-tokoh agama agar tidak diminum di sembarang tempat terutama tempat umum. Tidak jarang minuman yang satu ini menjadi penyebab masalah baik kecelakaan lalu lintas maupun perselisihan antar kampung. Peraturan Presiden (Pepres) No.74 tahun 2013 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permenndagri) No.6 tahun 2015, belum bisa diberlakukan sepenuhnya untuk minuman sopi karena sangat mengakar dalam kebudayaan masyarakat Maluku.

     Selanjutnya seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa kehadiran Sopi mengundang respon dari berbagai pihak. Banyak yang menilai bahwa Sopi merupakan media penyebab masalah, namun perlu kita ketahui bahwa Sopi merupakan warisan budaya yang harus di lestarikan keberadaannya di tengah masyarakat. Sesuai dengan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor: 63394/MPK.E/KB/2016 telah mengangkat dan menetapkan Sopi sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Maluku secara keseluruhan yang senantiasa memproduksi Sopi. Sebenarnya sopi mempunyai peran yang tidak jauh berbeda dengan minuman Cap Tikus, apabila Sopi dilegalkan, maka dapat dijadikan sebagai komoditas serta mampu memberikan pendapatan bagi kas daerah. Hal ini telah menjadi pembahasan bagi DPRD Kabupaten Maluku Barat Daya, namun kemudian pada akhirnya hanya sebatas wacana. 
      Sopi perlu menjadi perhatian khusus dari Pemerintah Provinsi Maluku untuk dijadikan sebagai minuman berlabel yang secara ekonomi dapat berkontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kehadiran Blok Masela menjadi salah satu pasar yang berpotensi secara ekonomi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Maluku. Karena itu, apabila Sopi dilegalkan dan dijadikan sebagai minuman khas Maluku yang berlabel, maka akan sangat diminati oleh pasar regional, nasional dan internasional. 



Kalwedo



Rabu, 10 Juni 2020

Snyolilieta budaya MBD


Budaya pengikat tali persaudaraan di bumi Kalwedo

       Kehidupan manusia tidak terlepas dari yang namanya budaya, di negara ini sendiri sebelum kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, banyak sekali hal yang kemudian di jadikan sebagai kebiasaan. Dan dari kebiasaan itu terciptalah satu budaya di dalam masyarakat. Kata Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura. Budaya sendiri adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayahlah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
      Di Maluku sendiri ada beragam corak budaya dan agama yang menjadi tatanan kehidupan masyarakat setempat. Selanjutnya budaya yang kemudian telah mengakar dan mengilhami setiap insan manusia yang ada di kembangkan menjadi satu acuan dalam menghadapi akan tantangan yang lebih besar. Kita sebagai manusia tidak bisa di pungkiri bahwa kita akan selalu hidup dalam suatu perubahan yang dinamis, oleh karena itu di paksakan untuk tetap bersaing menghadapi tantangan dunia sekarang, dimana kita telah di perhadapkan oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih di era sekarang. Bukti dari Manusia merupakan makhluk yang sangat dinamis dalam berproses,   dengan adanya perkembangan globalisasi yang sangat pesat.
    Salah satu bukti nyata ialah kita sedang berada dalam era revolusi industri 4.0, yang mana pada era ini semua manusia bersaing secara global atau mendunia dalam menciptakan akan sesuatu  baru yang dapat berguna bagi kelangsungan kehidupan kita sendiri. Banyak sekali hal yang kemudian menjadi penemuan manusia. Kita bisa melihat fakta yang terjadi pada kehidupan di negri ini dimana masyarakat setempat selalu berusaha untuk menjadi kreatif dan berinovasi untuk perubahan kehidupan kita menjadi lebih baik kedepannya. Kita sebagai generasi mudah yang merupakan aset berharga bagi daerah ini dan juga negara ini secara otomatis kita di embankan tugas yang begitu berat. Dalam menghadapi akan tantangan global sekarang hampir banyak di antara kita lalu melupakan budaya yang telah di titipkan oleh leluhur. Tidak sedikit di antara kita pun telah mengadopsi budaya luar sehingga menjadikannya sebagai suatu hal yang baru dan telah menjadi kebiasaan kita. 
    Berbicara tentang budaya di Maluku, ada begitu banyak budaya yang telah mengakar dan menjadi kebiasaan bagi kita sendiri. Salah satu contoh ialah budaya dalam berkomunikasi di lingkungan sosial yang di sebut sebagai perilaku santun terhadap orang-orang di sekitarnya. Mengacu pada penjelasan di atas, seperti yang kita ketahui bahwa hal yang paling sederhana yaitu memiliki tatakrama dalam berkomunikasi di lingkungan sosial, tatakrama sendiri  adalah suatu adat sopan santun dalam bertindak, yang sudah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat. Tata krama adalah kebiasaan yang merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antar manusia.
    Budaya itu kemudian di kenal sebagai tatanan hidup orang bersaudara di negri yang kita kenal sebagai negri raja-raja ini. Salah satu di antara banyak budaya yang ada di Maluku dan masih sangat kental sehingga tetap di pegang erat oleh masyarakat ialah budaya "snyolilieta" yang berasa dari kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), yang sekarang telah berganti menjadi Kabupaten kepulauan Tanimbar (KKT).
    Budaya ini mungkin terdengar begitu asing bagi sebagian besar pembaca tetapi yang perlu kita ketahui bahwa budaya snyolilieta merupakan norma adat yang tidak secara tertulis namun mengikat. Snyolilieta adalah budaya yang sangat di junjung tinggi oleh masyarakat di Maluku Barat Daya dalam kehidupan keseharian. Ini merupakan bukti nyata bahwa snyolilieta sebagai sebuah norma yang telah menjadi tatanan adat-budaya orang Maluku Barat Daya dan sudah mengakar di setiap individu. 
     Kebiasaan ini lalu kemudian di jadikan sebagi sebuah tatakrama oleh masyarakat setempat dan telah mengilhami setiap insan dalam berkomunikasi maupun dalam berinteraksi di lingkungan sosial agar tetap mengedepankan snyolilieta sebagi wujud sebuah sikap yang bijak dalam berbicara maupun mengambil keputusan. Selanjutnya snyolilieta juga merupakan pemaknaan untuk hidup saling berdampingan di antara orang bersaudara di bumi Kalwedo. Tradisi ini dibentuk oleh masyarakat setempat untuk saling berbagi dan saling membantu satu dengan yang lain. 


Kalwedo 

Salam

Senin, 08 Juni 2020

Etimologi kata "Kalwedo" budaya negeri sopi

Etimologi kata "Kalwedo" ||Budaya Negri Sopi


          Indonesia di kenal dengan negara kepulauan secara kedirian maupun kehadirannya mengakui akan perbedaan serta terdapat 34 provinsi, salah satunya ialah  provinsi Maluku. secara geografis merupakan provinsi kepulauan karena di dalamnya terdapat beribu-ribu pulau dan mempunyai berjuta ragam bahasa, agama maupun budaya. Bahkan di kalangan masyarakat pun  di kenal dengan sebutan negri seribu pulau, negri yang terletak di bagian timur Indonesia.

       Selanjutnya selain di kenal dengan provinsi seribu pulau, provinsi ini juga memiliki beragam corak budaya, mulai dari aspek kehidupan yang mencakup adat istiadat, kepercayaan, seni dan kebiasaan lainnya. Yang dijalani dan diberlakukan oleh masyarakat setempat. Maluku adalah sekelompok pulau yang merupakan bagian dari Nusantara. Yang berbatasan langsung dengan Timor di sebelah selatan, pulau Sulawesi di sebelah barat dan Irian Jaya di sebelah timur. Daerah yang juga di kenal dengan sebutan negri raja-raja ini memiliki beragam budaya dan adat istiadat mulai dari alat musik, bahasa, tarian-tarian, hingga seni budaya. salah satu diantara banyak budaya yang di kenal ialah budaya "kalwedo" yang berasal dari kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), kabupaten terluar di provinsi Maluku.

        Kabupaten yang akrab di sapa bumi Kalwedo ini berbatasan langsung dengan dua negara yaitu negara Timor Leste dan juga negara Australia. Kabupaten ini memiliki budaya yang sangat kental yang masih di pegang erat oleh masyarakat setempat sebagai bentuk pemeliharaan tatanan budaya dalam kehidupan orang bersaudara. Kalwedo adalah bukti yang sah atas kepemilikan masyarakat adat di Maluku Barat Daya (MBD) merupakan kepemilikan bersama atas kehidupan bersama orang bersaudara. Nilai Kalwedo telah mengakar dalam kehidupan baik budaya maupun bahasa masyarakat adat di kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Pewarisan budaya Kalwedo dilakukan dalam bentuk permainan bahasa, lakon sehari-hari, adat istiadat, dan pewacanaan.

       Secara etimologi kata "kalwedo" berasal dari kata kalwiede atau Kalwiene, yang berarti kebaikan, kebersamaan dan kebahagiaan. pada dasarnya penyebutan kata Kalwedo sendiri tergantung pada daerah masing-masing yang berada di kabupaten MBD, terlebih khusus bagi masyarakat Letty, Moa, Lakor sampai pada Mdona Hyiera. Berbeda dengan masyarakat di pulau-pulau Babar, masyarakat setempat menyebutnya Dengan "kalweta" sebenarnya penyebutan dari dasar kata ini saja yang terlihat beda tetapi pada kenyataannya pemaknaan dari kata ini adalah sama.

        Kalwedo merupakan budaya yang memiliki nilai-nilai keseharian sosial, dan nilai-nilai religius yang sakral yang menjamin keselamatan abadi, kedamaian, dan kebahagiaan hidup bersama sebagai orang bersaudara. Budaya Kalwedo mempersatukan masyarakat di Maluku Barat Daya dalam sebuah kekerabatan adat, dimana masyarakat menjadi rumah doa dan istana adat milik bersama. Nilai Kalwedo diimplementasikan dalam sapaan adat kekeluargaan lintas pulau dan negeri, yaitu: inanara ama syali (saudara perempuan dan laki-laki). Inanara ama syali menggambarkan keutamaan hidup dan pusaka kemanusiaan hidup masyarakat MBD, yang meliputi totalitas hati, jiwa, pikiran dan perilaku.

         Nilai-nilai Kalwedo tersebut mengikat tali persaudaraan masyarakat melalui tradisi hidup Niolilieta/hiolilieta/snyolilieta (hidup berdampingan dengan baik). Tradisi hidup masyarakat MBD dibentuk untuk saling berbagi dan saling membantu dalam hal potensi alam, sosial, budaya, dan ekonomi yang diwariskan oleh alam kepulauan MBD. Kalwedo merupakan landasan utama bagi masyarakat dalam mengambil keputusan di antara kehidupan orang bersaudara. Budaya ini lalu kemudian berlanjut hingga generasi sekarang yang di mana kita sebagi generasi yang sedang menghadapi tantangan global di era revolusi industri 4.0, kata "kalwedo" bukan sekedar kata tetapi kata ini merupakan pemaknaan yang sangat mendalam sehingga kata ini pun selalu di gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai salam dalam menyapa satu sama lain pada saat bertemu.